Pencarian
pengakuan dan identitas dari para imigran Muslim, terutama Turki
Muslim, di Jerman dan negara Eropa lainnya terus berproses. Upaya
integrasi yang dilakukan oleh pemerintah, kaum muslim, dan lainnya terus
dilakukan, agar eksistensi kaum muslim di sana dapat sejajar dengan
penduduk Jerman lainnya. Upaya tersebut, sedikit demi sedikit membuahkan
hasil, di antaranya "Masuknya studi Islam di berbagai lembaga kajian
dan pendidikan'" di Jerman, bahkan Islam menjadi bagian dari kurikulum
pendidikan bagi kalangan Muslim di Jerman, sebagaimana digambarkan dalam
beberapa tulisan bagian awal. Pada bagian kedua, beberapa tulisan
menggambarkan pro-kontra dari para petinggi Jerman mengenai Islam dan
muslim dalam konteks eksistensi, integrasi, dan kontribusi kaum Muslim
terhadap "kebangsaan dan peradaban" Jerman. Tulisan-tulisan ini
dikumpulkan dari situs http://www.republika.co.id, sebagaimana disebutkan dalam sumber (tulisan di bagian akhir), dengan beberapa modifikasi.
Studi Islam Resmi Jadi Program di Universitas Wolfgang Goethe Frankfurt
Perlu
diketahui bahwa Kaum Muslim yang tinggal di Jerman mencapai 4,3 Juta,
dan 2,5 Juta di antaranya adalah berasal dari kaum imigran
Turki. Berbagai persoalan yang mewarnai hubungan antara Islam (Muslim)
dan Jerman (serta Eropa lainnya) mendapatkan perhatian serius dari
kalangan akademisi dan pemerintah Jerman. Salah satunya diupayakan
oleh Universitas Wolfgang Goethe di Frankfurt Jerman. Universitas ini
membuka program kajian Islam selama tiga tahun pada semester musim
dingin tahun 2010.
Program
sarjana itu akan fokus pada kajian ilmiah agama dan aspek sejarah
Islam. Keberhasilan program studi kajian Islam itu akan ditinjau ulang
oleh universitas tiga tahun sejak peluncuran. Pemerintah Jerman pun
mengumumkan rencana di awal tahun ini untuk mendirikan institut khusus
bagi kajian Islam untuk melatih generasi pemuka Muslim dan pengajar
agama untuk lebih mampu beradaptasi dengan masyarakat Barat. "Jumlah
anak-anak dan kaum muda Islam di Jerman sangat tinggi dan meningkat
setiap saat" ujar Menteri Pendidikan Jerman, Annete Schavan. Karena itu,
pemerintah juga menyambut proposal yang diajukan dewan penasihat
pendidikan untuk membentuk pusat teologi Islami di dua perguruan tinggi
negeri.
Program
itu sekaligus secara halus mengendalikan bagaimana bentuk pendidikan
keyakinan diajarkan ke populasi Muslim yang kian berkembang. Tujuan
pemerintah, selain agar kaum muslim lebih adaptif dan berintergrasi
secara penuh, kaum muda Muslim juga tak mudah mengikuti pemikiran
ekstrimisme dan kelompok radikal. Pada sisi yang lain, umat muslim
Jerman pun berusaha keras untuk mengikis sterotype tentang Islam dan
Islamophobia dari kalangan non-muslim.
Kajian Islam Jadi Kurikulum Baru Pendidikan di Jerman
Menteri
Pendidikan Jerman, Annette Schavan mendukung rencana memasukan Islam
sebagai bagian dari kurikulum di negara tersebut. Schavan menilai
kurikulim tentang Islam bisa mengantarkan integrasi masyarakat Muslim
Jerman secara utuh. Tak hanya itu, keberadaan pendidikan tentang islam
akan menjadi jembatan kesepahaman antara pelajar muslim dan nonmuslim di
Jerman. "Tentu saya sangat mengetahui ketakutan warga Jerman ketika
membahas masalah tersebut. Namun, saya melihatnya sebagai wujud
kebebasan beragama sekaligus menengahi dialog antara muslim dan
nonmuslim," ungkapnya seperti dikutip dari Abnar.ir, Senin (26/7/2010).
Ia
mengakui, selama ini pendidikan tentang islam tidaklah berkaitan erat
dengan Alquran namun lebih condong kepada islam radikal. Maka itu, kata
dia, kebijakan baru bisa menjauhkan islam dari citra kekerasan dan
radikalisme serta membuatnya menjadi sangat transparan. "Pengalaman saya
sebagai menteri kebudayaan sangat positif. Penerimaan terhadap islam di
Jerman berubah drastis," ungkapnya. "Faktanya, tidak ada yang
dirahasiakan soal Islam ketika diajarkan," kata dia. Selain mendukung
kebijakan baru tentang kurikulum Islam, Schavan memimpikan pendirian
universitas yang khusus mengkaji Islam. Ia juga mengharapkan adanya
pendidikan tentang Imam di Univeritas di Jerman, yang akan bekerja
sebagai guru di masjid. "Kami membutuhkan pemimpin yang mempelajari
agama secara ilmiah dan kritis," kata dia.
Schavan
juga mengatakan komunitas muslim di Jerman sebaiknya memahami diri
mereka sebagai bagian dari masyarakat Jerman. Ia meminta tidak ada
isolasi ataupun tuduhan bernada diskriminasi. "Jadi, tidak akan ada
isolasi, semua berjalan secara transparan," tegas dia. Sebagai
informasi, Schavan merupakan sosok dibalik perkenalan kurikulum islam
di Baden-Württemberg. Semasa menjadi menteri kebudayaam, Schavan
memperbolehkan seorang guru muslim untuk mengenakan jilbab. Langkah
Schavan bukan tanpa menuai protes dari warga Jerman. Namun, seiring
perkembangan komunitas Islam di Jerman, negara tersebut memiliki
kebijakan lain tentang penanganan komunitas muslim seperti tidak
mengikuti Perancis dan Belgia yang melarang burka.
Uji Coba Pendidikan Islam di Beberapa Sekolah di Jerman
Negara bagian di Jerman,
Niedersachsen (Lower Saxony), mulai memberikan ajaran Islam dalam
sekolah-sekolah di wilayahnya. Kebijakan itu diterapkan untuk melawan sentimen
anti-Islam atau Islamofobia di Eropa. Menteri Pendidikan di negara bagian yang
terletak di Barat Laut Jerman ini, Bernd Althusmann, mengumumkan seluruh
sekolah di negara bagian tersebut akan memasukkan pendidikan Islam dalam
kurikulum pendidikan utama. ''Saya pikir kita akan mulai menerapkannya pada
tahun ajaran mendatang,'' ujarnya saat mengunjungi sekolah dasar di Hanover,
termasuk mengunjungi kelas pendidikan Islam di sekolah itu. Pada tahun 2010, pendidikan
Islam sudah diujicobakan di 42 sekolah di sana. Sekitar 2 ribu siswa Muslim di
sekolah-sekolah dasar telah mendapatkan pendidikan Islam di negara bagian itu.
Kebijakan itu diterapkan setelah
dipicu oleh gelombang baru sentimen anti-Islam, terutama sikap konservatif
politikus Belanda, Geert Wilders, yang membeci Islam dengan membuat film Fitna.
Bahkan di Jerman sendiri kini telah berdiri partai baru yang diberi nama Partai
Kebebasan yang dibentuk oleh anggota Parlemen Berlin, René Stadtkewitz, yang
pandangan politiknya anti-Islam. Partai Kebebasan itu bahkan telah
mengundang Wilders untuk berpidato di Berlin. Stadtkewitz (45 tahun) mengatakan
Islam merupakan penghalang integrasi antara imigran dengan masyarakat Jerman.
''Islam bukan hanya agama, tetapi juga sistem politik. Islam tidak toleran
terhadap orang-orang yang berpikir secara berbeda,'' katanya.
Menjadi
Kebijakan: Islam Masuk dalam Kurikulum Sekolah Jerman
Sebagai tindak lanjut dari uji coba di atas, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de
Maziere Senin (15/2/2011) menyerukan kepada 16 negara bagian untuk memasukkan
agama Islam dalam kurikulumnya di sekolah-sekolah. Berbicara di kota Jerman
selatan, Nuremberg, ia meminta pemerintah agar menyetujui konsep agama Islam
dalam kelas pada tahun depan. De Mazier mengungkapkan, kelas Islam di beberapa sekolah
Jerman tidak akan lama lagi masuk dalam ujian masuk sekolah, tetapi seharusnya
dalam kenyataanya harus dilandaskan dengan hukum yang kuat.
Ia menambahkan, setiap warga negara Jerman harus datang dan membantu atas solusi pragmatis yang dimilikinya. Beberapa negara bagian di Jerman telah lebih dulu memasukkan agama Islam dalam kurikulumnya, tetapi Berlin bertujuan untuk menawarkan Islam sebagai subjek reguler di sekolah-sekolah di seluruh negeri, diajarkan dalam bahasa Jerman oleh guru-guru yang terlatih di Jerman. Salah satu kendala utama dari kelas-kelas ini adalah dana dan kekurangan guru agama Islam. Ada sekitar empat juta Muslim yang tinggal di Jerman, termasuk sekitar 2,5 juta adalah orang Turki. Umumnya, kemampuan komunikasi berbahasa Jerman (dan Inggris) dari kaum imigran Turki cukup rendah. Oleh karenanya, mereka mengalami kendala bahasa (dan lainnya) ketika bersosialisasi dan berintegrasi di Jerman.
Ia menambahkan, setiap warga negara Jerman harus datang dan membantu atas solusi pragmatis yang dimilikinya. Beberapa negara bagian di Jerman telah lebih dulu memasukkan agama Islam dalam kurikulumnya, tetapi Berlin bertujuan untuk menawarkan Islam sebagai subjek reguler di sekolah-sekolah di seluruh negeri, diajarkan dalam bahasa Jerman oleh guru-guru yang terlatih di Jerman. Salah satu kendala utama dari kelas-kelas ini adalah dana dan kekurangan guru agama Islam. Ada sekitar empat juta Muslim yang tinggal di Jerman, termasuk sekitar 2,5 juta adalah orang Turki. Umumnya, kemampuan komunikasi berbahasa Jerman (dan Inggris) dari kaum imigran Turki cukup rendah. Oleh karenanya, mereka mengalami kendala bahasa (dan lainnya) ketika bersosialisasi dan berintegrasi di Jerman.
Respon Masyarakat Jerman: Kurikulum Agama Islam Penyebar Kebencian
Sebgaian masyarakat
Jerman mengkritik kebijakan pemerintah Jerman terkait masuknya pelajaran Agama
Islam dalam kurikulum sekolah. Menurut Mereka, kebijakan ini berefek pada
penyebaran kebencian terhadap agama lain. Menanggapi kritik itu, Menteri
Pendidikan Jerman mengatakan tidak ada satupun ajaran Islam yang menganjurkan
kekerasan pada umat agama lain.. "Tidak ada satu ayat dalam Alquran yang
membolehkan pelajar menganiaya pelajar berkeyakinan berbeda," kata dia
seperti dikutip rt.com, Jumat (28/10/2011).
Kritik itu bermula
saat ditemukan ada oknum guru yang mengajarkan kebencian terhadap siswanya.
"Orang Kristen gemar ke disko, minum alkohol dan berbuat zina. Percayalah
pada Alquran," demikian klaim temuan masyarakat Jerman. Kepala Dewan Islam Jerman, Burhan Kesici
menilai sebelumnya hubungan antara pemerintah dan masyarakat Jerman
dengan komunitas Muslim dilandasi kecurigaan. Mereka khawatir pemuda Muslim
berusaha untuk memberlakukan hukum syariat di Jerman, katanya.
Salah seorang tokoh
Gerakan Pax Europa Citizens, Karl Schmidt, menuduh guru Agama Islam mengajarkan
kepada muridnya bahwa mereka adalah umat unggul. Ia mengajarkan pula bahwa
hukum syariah lebih tinggi daripada hukum Jerman. "Karena itu, mereka
berusaha untuk memberlakukan hukum syariat," papar dia.
Sebelumnya,
Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maziere Senin menyerukan kepada 16 negara
bagian untuk memasukkan agama Islam dalam kurikulumnya di sekolah-sekolah.
Berbicara di kota Jerman selatan, Nuremberg, ia meminta pemerintah agar
menyetujui konsep agama Islam dalam kelas pada tahun depan. Beberapa negara
bagian di Jerman telah lebih dulu memasukkan agama Islam dalam kurikulumnya.
Pelajaran itu diajarkan dalam bahasa Jerman oleh guru-guru yang terlatih. Salah
satu kendala utama adalah kekurangan guru agama Islam. Ada sekitar empat juta
Muslim yang tinggal di Jerman, termasuk sekitar 2,5 juta adalah orang Turki.
Sementara itu,
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada Muslim di negerinya untuk
mentaati undang-undang dan bukan hukum syariah. "Sekarang dengan jelas
bahwa di Jerman juga ada kaum Muslim. Tetapi yang terpenting adalah untuk
memberikan perhatian kepada Islam bahwa nilai yang diajarkan Islam terwakili di
dalam UU Jerman," ujar Merkel. Merkel juga mengatakan bahwa Jerman saat
ini membutuhkan seorang imam (pemimpin) dengan pendidikan Jerman dan yang
memiliki akar sosial Jerman.
Kontroversi
Integrasi Imigran Muslim (dan Islam) di Jerman
Islam Dianggap Sebagai Ancaman di Prancis dan Jerman
Sekurangnya 40
persen warga Prancis dan Jerman menganggap Islam sebagai ancaman. Demikian
hasil survey Ifop yang dirilis di harian Prancis, Le Monde,
seperti dilaporkan examiner.com, Rabu (05/01/2011). Menurut survey, responden Prancis yang menganggap Islam
sebagai ancaman mencapai 42 persen. Sementara 22 persen menganggap Islam
sebagai faktor keragaman budaya. Sementara di Jerman, responden yang menganggap
Islam sebagai ancaman mencapai 40 persen, dan 24 persen menilai Islam
memperkaya budaya.
Di
kedua negara, mayoritas responden menilai integrasi Muslim dalam masyarakat
mereka belum terjadi. Mereka bahkan menilai tidak terintegrasi sama sekali.
Pendapat ini dikemukakan oleh 68 persen responden Jerman dan 75 persen
responden Prancis. Sekitar 5 hingga 6 juta Muslim tinggal di Prancis, yang
merupakan negara Eropa dengan populasi Muslim terbesar. Sementara di Jerman ada
4 juta Muslim. Jumlah Muslim di Prancis sebenarnya tidak terdata dengan benar
karena banyaknya imigran ilegal.
Mengenai
pengaruh dan kehadiran Islam, 55 persen responden Prancis dan 49 persen
responden Jerman mengatakan terlalu kentara. Alasan rendahnya integrasi Muslim,
61 persen responden di Prancis dan 67 persen di Jerman mengatakan Muslim menolak
untuk berintegrasi. Baru-baru
ini, Kanselir Jerman Angela Merkel mengejutkan dunia dengan mengatakan model
multikultur yang diadopsi Jerman untuk mengakomodasi jutaan Muslim di sana
telah gagal total. Di
sisi lain, pujian Merkel terhadap kartunis Denmark Kurt Westergard Ahad
lalu menambah buruk suasana. Karena itu, Mazyek mengingatkan komunitas
Muslim Jerman untuk kuat dan tabah menghadapi tekanan dan kebencian.
"Ketakutan terhadap islam tengah dibangun. Sangat disayangkan ketakutan
itu kian memperumit usaha komunitas Muslim Jerman untuk berintergrasi
secara utuh dengan masyarakat Jerman," kata dia.
Menteri Dalam Negeri Jerman: Islam (dan Muslim) Tidak Termasuk Bagian
Identitas Negara
Menteri Dalam Negeri Jerman yang baru ditunjuk
Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyalakan kembali debat imigrasi yang sudah
memanas dengan bersikeras menyatakan Islam 'bukan bagian identitas' di Jerman,
yang notabene memiliki populasi Muslim sebanyak 4 juta orang. Hans-Peter
Friedrich, nama menteri dalam negeri baru, mulai berkantor pekan lalu usai
kanselir melakukan perombakan kabinet.
Namun pandangannya yang blak-blakan langsung
memprovokasi kecaman dari anggota parlemen kubu oposisi dan respon pedas dari
grup-grup Islam yang menuding ucapan Hans-Peter adalah 'tamparan bagi seluruh
Muslim'. "Menyatakan Islam bagian dari Jerman bukanlah fakta yang
didukung oleh sejarah," ujar Hans-Peter. Pada akhir pekan ia
menggarisbawahi posisinya dan bersikeras bahwa para imigran harus sadar
sepenuhnya dengan negara tuan rumah yang "asli Kristen Barat" dan
mempelajari Bahasa Jerman "sebagai bahasa pertama dan yang utama".
Pandangannya mutlak
bertentangan dengan presiden konservatif Jerman, Christian Wulff. Dalam sebuah
upaya meredakan friksi integrasi yang kian pahit, Wulff pada tahun lalu
menyatakan bahwa Islam secara gamblang 'bagian dari Jerman' dilihat dari
populasi Muslim yang tumbuh dan besar. Hans-Peter, yang berasal dari sayap
Bavaria partai Kristen Demokrat, partai yang menaungi Merkel, dikenal menentang
keberadaan imigrasi kaum Muslim. Namun ia meyakini pidatonya pada Sabtu lalu
bertujuan 'melekatkan masyarakat menjadi satu dan bukan bermaksud
mencerai-beraikan'.
Ia juga menegaskan
menunggu kesempatan mendiskusikan pandangannnya dengan mayoritas Muslim Turki
di konferensi Islami yang disponsori pemerintah pada akhir Maret 2011. Menteri
Hans-Peter ditunjuk sehari setelah Karl-Theodoro zu Guttenberg, Menteri
Pertahanan Jerman yang sempat moncer dipaksa mundur akibat skandal
plagiarisme dalam pembuatan desertasi untuk gelar doktornya. Demi meminimalkan
kerusakan, Kanselir Merkel dengan cepat merombak kabinetanya, memberi Thomas de
Maizière, menteri dalam negeri yang ia percaya, tugas-tugas menteri pertahanan
dan mengimpor Hans-Peter untuk mengambil alih kantor menteri dalam negeri.
Meski tokoh konservatif Bavaria itu telah menyerukan penghentian imigrasi
Muslim, sedikit yang memperkirakan menteri baru itu akan memercikan kontroversi
begitu cepat. Lamya Kaddor,
pimpinan Yayasan Islam liberal Jerman, menggambarkan ucapannya sebagai
'tamparan bagi seluruh Muslim'. Seraya menuding bahwa pendapat Hans-Peter salah
secara historis maupun politik, Lamya menyatakan komentar menteri sangat
berbahaya karena mengancam merusak dialog dengan komunitas Muslim.
Pernyataan
Hans-Peter juga telah menuai kritikan marah dari oposisi Sosial Demokrat, dan
beberapa anggota partner koalisi Merkel, Demokrat Bebas yang liberal.
"Islam telah menjadi partner nyata Jerman selama beberapa generasi,
menyangkal fakta itu sungguh tidak membantu," keluh anggota parlemen,
Hartfrid Wolff. Ini merupakan episode terbaru debat tentang imigrasi dan
asimilasi yang telah lama berlangsung. Debat ini memuncak pada akhir tahun lalu
menyusul publikasi buku tulisan Thilo Sarrazin, berjudul "Deutschland
schafft sich ab" (Jerman mengikis dirinya sendiri).
Sarrazin
berargumen populasi asli Jerman akan segera dilampaui oleh imigran Muslim yang
berasal dari golongan kelas bawah dan semi-kriminal. Mereka, tuding Sarrazin,
suka memiliki banyak anak, berbicara Jerman sedikit atau tidak sama sekali dan
menggantungkan pada tunjangan sosial untuk bertahan hidup. Bukunya telah
terjual lebih dari 1,3 juta eksemplar, menjadi salah satu judul paling laris
pascaera Perang Dunia II. Debat itu telah menghiasi
headline media nasional selama beberapa bulan, namun selama ini selalu
didominasi oleh politisi. Sementara perwakilan Muslim di Jerman hanya diberi
ruang di kursi belakang. Tahun lalu Kanselir Merkel bahkan menyatakan upaya
untuk membangun masyarakat multikultural 'telah gagal'. Pandangannya bergema
hingga ke Inggris, dengan komentar serupa dilontarkan PM Inggris, David
Cameron, di Jerman bulan lalu. Pernyataan Hans-Peter merupakan isyarat jelas
bahwa suara garis keras terhadap integrasi dibawah pemerintahan konservatif
Merkel menjadi kian nyaring.
Menteri Keuangan Jerman: Umat Islam Bagian dari Jerman
Menteri Keuangan
Jerman, Wolfgan Schauble, Selasa (22/3/2011) waktu setempat, mengingatkan
masyarakat Jerman untuk tidak melakukan tindak diskriminasi terhadap populasi
Muslim. Menurut dia, Islam telah menjadi salah satu bagian dari masyarakat
Jerman. "Kami di setiap kesempatan mengatakan
bahwa Islam adalah bagian dari negara kita dan mengundang umat Islam untuk
menghargai atas apa yang telah kita capai di dunia barat," papar Schauble,
anggota Partai Kristen Demokrat pimpinan Angela Merkel, seperti dilaporkan
Majalah Politik Cicero dan dilansir oleh theloca. Shcaubel
menambahkan agama, iman, demokrasi dan hak asasi manusia bisa sejajar dan
harmonis.
Pernyataan
ini sangat bertolak belakang dengan sikap yang diutarakan Menteri Dalam Negeri
Jerman beberapa waktu lalu. Shcauble mengingatkan agar komunitas Muslim Jerman
yang sebagian besar imigran harus berusaha keras untuk berintegrasi dengan
masyarakat Jerman. Usaha itu menurut dia harus terus dilakukan mengingat apa
yang telah diusahakannya pada saat menjadi Menteri Dalam Negeri dalam membuka
gerbang integrasi melalui dialog sehat sangat membantu proses integrasi.
Shcauble
juga menilai saran yang diberikan Perdana Menteri Turki Recep Tyyip Erdogan
agar imigran Turki di Jerman lebih dulu belajar bahasa Turki baru menyusul
mempelajar bahasa Jerman tidaklah tepat. Ia mengatakan dirinya tidak khawatir
terkait usaha masyarakat Turki konservatif yang mencegah anak-anak mereka
berintegrasi dengan masyarakat Jerman.
Sebelumnya,
Menteri Dalam Negeri Jerman, Hans Peter Friedrich sempat membuat pernyataan
kontroversial dengan mengatakan Islam bukanlah Jerman lantaran tidak memiliki
landasan historis yang kuat. Pernyataan Friedrich membuat perdebatan kian
memanas soal integrasi komunitas Muslim ke dalam masyarakat Jerman. Friedrich
secara luas dikritik oleh kelompok Muslim dan bahkan oleh anggota koalisi
tengah-kanan. Koalisi pemerintahan kanselir Angela Merkel
menekan Friedrich untuk tidak memanaskan perdebatan usai menduduki pos
Kementerian Dalam Negeri.
Presiden Jerman: Islam Bagian dari Jerman dan Kewajiban Saya untuk
Melindungi Muslim
Presiden Jerman,
Christian Wulff menyerukan bangsanya untuk bekerja sama mengintegrasikan empat
juta Muslim di negara itu. Ia menyatakan bahwa Islam adalah 'sekarang bagian
dari Jerman'. Berbicara dari utara kota Bremen pada peringatan 20 reunifikasi,
ia menyebut isu itu dalam bagian utama pidatonya. Pidato Wulff kali ini
berfokus pada tantangan di depan dan perlunya mengokohkan kembali bersatunya
kembali Jerman.
Christian Wulff
Secara khusus, ia berbicara tentang kesulitan mengintegrasikan penduduk Muslim yang besar. "Dua puluh tahun setelah reunifikasi, kita berdiri dalam tugas besar untuk menemukan solidaritas baru di Jerman yang merupakan bagian dari dunia yang cepat berubah " katanya. Sama seperti agama lain, kata dia, maka Muslim adalah bagian dari Jerman yang mempunyai hak dan kewajiban sama. "Kekristenan adalah satu bagian saja dari Jerman. Yudaisme adalah satu bagian saja dari Jerman. Ini adalah sejarah kita Yahudi-Kristen ... tapi sekarang Islam adalah juga merupakan bagian dari Jerman," tambahnya. Menurutnya, adalah kewajibannya kini untuk turut melindungi kaum Muslim yang menjadi bagian warga Jerman. "Ketika Muslim Jerman menulis kepada saya untuk mengatakan 'Anda presiden kita', maka saya membalas dengan segenap hati saya 'ya, tentu saja saya presiden Anda'," katanya.
Jerman memiliki
empat juta Muslim di antara 82 juta penduduknya dan masalah integrasi mereka
telah menjadi berita utama selama berbulan-bulan. Seorang anggota bank sentral
Jerman, Thilo Sarrazin, memicu kemarahan ketika ia mengatakan negara itu sedang
dibuat 'lebih bodoh' oleh imigran Muslim yang berpendidikan rendah dan tidak
produktif. Tak lama kemudian, ia dipaksa mengundurkan diri. Wulff menyerukan
toleransi lebih dari Jerman sangat diperlukan. Ia juga bersikeras bahwa imigran
juga telah menunjukkan upaya nyata untuk berintegrasi. "Mereka yang
tinggal di Jerman harus mematuhi konstitusi negara dan jalan hidup, termasuk
belajar bahasa," katanya.
Sebelumnya,
Komunitas Islam Jerman meminta Presiden Jerman Christian Wulff melawan
islamophobia. Permintaan itu muncul lantaran Muslim di Jerman acap kali
menerima perlakuan diskriminatif sehingga merasa diasingkan dari
masyarakat. Kondisi kian tidak menguntungkan dialami komunitas Muslim
Jerman usai peluncuran buku yang berisikan tuduhan komunitas Muslim
merongrong masyarakat Jerman. Pemimpin komunitas Muslim di Jerman
mengatakan setiap hari pihaknya harus menghadapi pemberitaan negatif
media massa nasional Jerman sebagai bentuk gerakan anti-Islam di negara
itu. Oleh karena itu, komunitas Muslim Jerman mengingatkan kembali janji
Presiden Jerman yang bersedia memfasilitasi pertemuan antara komunitas
Muslim dan masyarakat Jerman dua bulan lalu.
----
Pada kesempatan
berkunjung ke Indonesia, Presiden Jerman, Christian Wulff kembali menegaskan bahwa pemerintah Jerman menginginkan agar
hubungan kaum muslim negara itu dengan Indonesia semakin erat. Keinginan ini
bukan tanpa alasan, mengingat Jerman sudah menjadikan Islam sebagai
bagian dari Negara itu. "Kami ingin lebih erat lagi antara kaum Muslim di
Jerman dan Indonesia. Pada bulan oktober saya berpidato menyampaikan Islam
sudah bagian dari Jerman,"ujar Presiden Republik Federal Jerman,
Christian Wulff saat memberikan keterangan pers bersama dengan Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Kamis (1/12/2011).
Menurutnya para
ahli Islam di Jerman secara aktif memberikan pendidikan tentang Islam di negara
itu. Sementara pemerintah menjaga hak untuk tetap memperoleh pendidikan.
"Kalau kita membantu agama di sana maka dunia akan semakin damai,"
ujarnya. Jerman juga memuji kehidupan beragama di Indonesia. Kebebasan dalam
memilih agama di dalam negeri menjadi telah dalam pengembangan demokrasi.